Dalam melaksanakan tugas pendampingan, dimana Pendamping PKH terjun langsung ke masyarakat, berkoordinasi dengan istansi dan lembaga terkait juga berinteraksi langsung dengan peserta penerima PKH, terdapat beberapa kendala.
Pada sesi materi Pendampingan PKH, Diklat Pendamping PKH di BBPPKS Jogjakarta, Selasa (1/7/2014) Wisyaiswara menyampaikan beberapa kendala dan permasalahan yang biasa terjadi pada saat pelaksanaan pendampingan PKH.
Dari hasil kajian yang dilakukan selama ini, kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh PKH, terutama pendamping berpusat pada beberapa hal kunci, antara lain:
Selain permasalahan di atas, tantangan yang dihadapi pendamping terletak pada program peningkatan kapasitas yang terbatas, sehingga pendamping harus belajar menghadapi persoalannya sambil melaksanakan tugas keseharian (learning by doing). Pendamping harus mampu menyiasati situasi lewat manajemen pengetahuan yang dikelola secara mandiri maupun partisipatif: mengumpulkan fakta, melakukan kategorisasi realitas, dan menjadikan pengetahuan tersebut sebagai pengetahuan kolektif. Secara bersama, pengetahuan ini kemudian dibagikan kepada rekan kerja dalam ruang lingkup kegiatannya untuk kemudian dituangkan dalam bentuk laporan sehingga
dapat digunakan oleh pemangku kebijakan dan manajemen dalam membuat keputusan.
Langkah antisipatif tersebut hanya dapat berjalan dengan baik jika para pendamping memahami nilai etika dalam menjalankan tugasnya sebagai pendamping. Kerjasama yang dibangun, koordinasi yang baik, penerimaan dan kepercayaan semua pihak –terutama klien langsungnya, penerima manfaat Keluarga Sangat Miskin, hanya dapat terjadi jika pendamping memperoleh kepercayaan dan dukungan.
Referensi : Modul TOT - Etika dan Teknik Pendampingan
Pada sesi materi Pendampingan PKH, Diklat Pendamping PKH di BBPPKS Jogjakarta, Selasa (1/7/2014) Wisyaiswara menyampaikan beberapa kendala dan permasalahan yang biasa terjadi pada saat pelaksanaan pendampingan PKH.
Dari hasil kajian yang dilakukan selama ini, kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh PKH, terutama pendamping berpusat pada beberapa hal kunci, antara lain:
- Pengetahuan para pendamping yang terbatas akan program pengentasan kemiskinan secara nasional dan lokal.
- Koordinasi yang sulit dikarenakan lemahnya sosialisasi dan komunikasi di antara aktor lokal sebagai penunjang program yang berperan dalam kelancaran kegiatan PKH.
- Sosialisasi yang lemah di tingkat penerima manfaat dan lingkungannya ditambah kurangnya pengetahuan pendamping akan teknik meyakinkan sasaran program dan para sponsornya seringkali berdampak pada kondisi yang kurang menguntungkan di sisi pendamping secara khusus dan program secara umum. Sosialisasi yang kurang ini pun berdampak pada pemahaman yang keliru terhadap program sehingga terjadi penolakan atau keluhan pelaksanaan program.
Selain permasalahan di atas, tantangan yang dihadapi pendamping terletak pada program peningkatan kapasitas yang terbatas, sehingga pendamping harus belajar menghadapi persoalannya sambil melaksanakan tugas keseharian (learning by doing). Pendamping harus mampu menyiasati situasi lewat manajemen pengetahuan yang dikelola secara mandiri maupun partisipatif: mengumpulkan fakta, melakukan kategorisasi realitas, dan menjadikan pengetahuan tersebut sebagai pengetahuan kolektif. Secara bersama, pengetahuan ini kemudian dibagikan kepada rekan kerja dalam ruang lingkup kegiatannya untuk kemudian dituangkan dalam bentuk laporan sehingga
dapat digunakan oleh pemangku kebijakan dan manajemen dalam membuat keputusan.
Langkah antisipatif tersebut hanya dapat berjalan dengan baik jika para pendamping memahami nilai etika dalam menjalankan tugasnya sebagai pendamping. Kerjasama yang dibangun, koordinasi yang baik, penerimaan dan kepercayaan semua pihak –terutama klien langsungnya, penerima manfaat Keluarga Sangat Miskin, hanya dapat terjadi jika pendamping memperoleh kepercayaan dan dukungan.
Referensi : Modul TOT - Etika dan Teknik Pendampingan